PT Geo Santara Indo Salurkan Donasi CSR ke Yayasan Efata untuk Dukung ODGJ Terlantar
Dalam komitmennya terhadap tanggung jawab sosial perusahaan, PT Geo Santara Indo melalui program CSR "Geo Berbagi" kembali menyalurkan bantuan sosial. Kali ini, donasi diberikan kepada Yayasan Efata, sebuah lembaga yang fokus pada perawatan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) terlantar.
Dukungan CSR untuk Yayasan Efata
Direktur Utama PT Geo Santara Indo, Yoseph Galih Gunawan, mengungkapkan bahwa program CSR ini sudah berjalan sejak Maret 2025. Kami mengawali dengan memberikan bantuan ke Yayasan Sayap Ibu, dan sejak itu kami berkomitmen untuk melaksanakan program sosial ini secara rutin setiap bulan, jelasnya saat penyerahan bantuan di Kantor Pusat Yayasan Efata, Caturtunggal, Depok (14/5/2025).
Alasan utama memilih Yayasan Efata sebagai penerima donasi adalah karena lembaga ini secara konsisten menangani ODGJ yang tidak memiliki keluarga dan tinggal terlantar. Namun, saat ini Yayasan Efata sedang mengalami kesulitan karena tidak memiliki tempat permanen sebagai panti.
Donasi kami ini ditujukan untuk membantu anggaran pembelian lahan. Kami berharap bisa ikut mendorong terwujudnya panti yang layak dan mandiri bagi ODGJ ke depan, tambah Yoseph.
Kepedulian Sosial di Tengah Tugas Profesional
PT Geo Santara Indo merupakan perusahaan konstruksi geologi yang berbasis di Yogyakarta dan telah beroperasi sejak tahun 2018. Bidang usahanya mencakup pengeboran sumur, pemetaan topografi, dan layanan geoteknik lainnya.
Kami memang perusahaan konstruksi, tapi kami juga percaya bahwa keberhasilan bisnis harus diiringi kontribusi nyata bagi masyarakat sekitar, ujar Yoseph, menekankan pentingnya peran sosial perusahaan.
Harapan dari Yayasan Efata
Sementara itu, Adi, pembina Yayasan Efata, menyampaikan rasa terima kasihnya atas bantuan yang diberikan. Kami sangat bersyukur atas kepedulian dari PT Geo Santara Indo. Dana ini sangat berarti untuk mendukung rencana jangka panjang kami, terutama untuk membeli lahan sendiri, ucapnya.
Yayasan Efata sendiri telah berdiri sejak 2001, dirintis oleh istrinya yang kala itu masih berstatus mahasiswa. Fokus utama yayasan ini adalah merawat ODGJ yang ditemukan di jalanan, terutama mereka yang tak memiliki keluarga.
Sebelumnya, yayasan ini mengelola panti yang berlokasi di Kentungan, Sleman. Namun sejak awal 2025, masa sewa lahan berakhir dan tidak dapat diperpanjang. Hingga kini, mereka masih dalam proses mencari lokasi baru yang lebih permanen.
Bukan hanya soal biaya, tantangan terbesar kami adalah stigma negatif dari masyarakat. Banyak lingkungan yang menolak kehadiran panti ODGJ karena dianggap mengganggu, tutur Adi. Karena itulah, mereka kini mengincar lahan yang lebih terpencil agar tidak berbenturan dengan penolakan warga.